Saturday , August 23 2025 | 04:31

Peta Bisnis BBPVP Semarang

1. Pra-Penyelenggaraan (Persiapan)
a. Identifikasi kebutuhan pelatihan: Pengumpulan data dan analisis kompetensi yang dibutuhkan industri/dunia kerja, sebagai dasar penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
b. Penyiapan sumber daya:

  • Menyusun Program PBK (berjenjang/tidak berjenjang) dan mendaftarkannya ke SIAPkerja
  • Menyiapkan SDM pelatihan: instruktur (pejabat fungsional, swasta, perusahaan) dan tenaga pelatihan lainnya .
  • Menyiapkan infrastruktur — ruang teori/praktik, alat dan mesin, serta prasarana untuk daring bila diperlukan
  • Mendapatkan pendanaan dari APBN/APBD atau sumber sah lain seperti sponsorship

c. Penyiapan administrasi: Menyusun dokumen seperti materi, silabus, jadwal, surat tugas instruktur, daftar hadir dan format penilaian yang tersedia di SIAPkerja
d. Rekrutmen peserta: Dilaksanakan melalui seleksi (dokumen, tes tulis, wawancara), kerja sama dengan dunia usaha, atau afirmasi untuk kelompok tertentu (disabilitas, anak putus sekolah, warga binaan)

2. Pelaksanaan Pelatihan

  • Lokasi & metode: Pelatihan dapat dilaksanakan di lembaga (LPK/LKP) atau tempat kerja, secara boarding/non-boarding, off‑job (di pusat pelatihan), dan on‑job training (di perusahaan)
  • Modus: Luring, daring (sinkron/asinkron), blended, atau hybrid
  • Tahapan pembelajaran:
    a. Pendahuluan (pre‑test, tujuan),
    b. Penyajian materi,
    c. Praktik,
    d. Penilaian/asesmen — total pembelajaran per hari maksimum 10 jam (1 jam = 45 menit)
  • Asesmen dan kelulusan:
    a. Kriteria penilaian meliputi aspek rasional, objektif, obyektif, dan adil .
    b. Peserta harus hadir ≥ 80% dan memenuhi aspek kritis kompetensi. Peluang ulang hingga 3 kali. Setelah lulus, peserta mendapat sertifikat; yang tidak lulus mendapat surat keterangan ikut

3. Sertifikasi Kompetensi
Peserta yang telah menyelesaikan pelatihan dapat mengikuti sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi (BNSP) dan memperoleh sertifikat kompetensi kerja

4. Tailor Made Training
Pelatihan kustom yang dirancang khusus sesuai kebutuhan mitra (perusahaan/dunia kerja) untuk meningkatkan kerja dan kewirausahaan, dengan tata kelola sesuai format resmi .

5. Monitoring, Evaluasi, & Pelaporan

  • Monitoring: Dilakukan sejak persiapan hingga pelaksanaan; termasuk identifikasi dan penanganan masalah serta pengaduan melalui SIAPkerja
  • Evaluasi: Dilakukan pasca pelatihan, mencakup output, proses, efisiensi anggaran, kendala, dan kepuasan — berdasarkan format yang ditentukan
  • Pelaporan: Disampaikan melalui SIAPkerja dan lembaga keuangan negara/daerah paling lambat 10 hari kerja setelah pelatihan selesai, meliputi ringkasan, dokumentasi, dan lampiran administrasi lengkap

6. Penelusuran Lulusan
Dilakukan secara berkala, bekerja sama dengan dunia usaha dan pihak terkait. Meliputi status kerja dalam 6 bulan, hubungan linier kompetensi, usaha atau lanjut studi, dan metode survei lewat SIAPkerja, SMS, e‑mail, forum komunikasi, serta pelaporan hasil melalui SIAPkerja

7. Pembinaan
Berwenang dilakukan oleh Kemnaker, kementerian/lembaga, Dinas Ketenagakerjaan/Pendidikan di daerah sesuai kewenangan dan meliputi semua tahapan mulai persiapan hingga evaluasi

KategoriAnalisis
Strengths (Kekuatan)– Fasilitas pelatihan lengkap dan modern (CNC, otomasi, dll)
– Instruktur bersertifikasi dan berpengalaman
– Program pelatihan berbasis kompetensi (PBK)
– Gratis (dibiayai APBN)
– Terhubung dengan industri dan sertifikasi BNSP
Weaknesses (Kelemahan)– Kapasitas peserta terbatas
– Distribusi lokasi BBPVP belum merata secara nasional
– Durasi pelatihan relatif singkat
– Penempatan kerja belum menyentuh semua lulusan
– Tracer alumni dan pasca-latihan belum maksimal
Opportunities (Peluang)– Permintaan tinggi terhadap tenaga kerja terampil di industri 4.0
– Dukungan program pemerintah untuk peningkatan SDM
– Potensi kerja sama lebih luas dengan sektor industri
– Tren digitalisasi pelatihan dan pembelajaran hybrid
Threats (Ancaman)– Persaingan dari pelatihan swasta berbasis daring/internasional
– Perubahan cepat kebutuhan industri (skill mismatch)
– Keterbatasan anggaran dan birokrasi dalam pengembangan program
– Rendahnya motivasi peserta dalam menyelesaikan pelatihan